Di
jamahnya mahkotaku
Seakan
seperti batu
Dan
diayunkanya mahkotaku
Yang
di anggapnya batu
Hatiku
kAku dan membatu
Bagai
tertusuk petir di kala musim kemarau di sebuah pulau
Tiada
aku kira orang yang aku“imani”
Ternyata
tiada nurani
Bagai
sapi yang bertali
Yogyakarta,
2007[1]
[1]
Coretan ini aku tujukan kepada temen kosku yang dulu pernah menempeleng
kepalaku. Padahal orang tuaku belum pernah melakukan hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar