Sayupnya
mentari[1]
Seolah
menjadi temanmu
Sayupnya
mentari
Melukiskan
semangatmu
Setiap
detik kau nanti datangnya detik yang bahagia
Senyum
yang terkulai
Pengobat
lara yang berlalu
Satu
gelas Es tak mampu mendinginkan resahmu
Keresahan
kini bergelayut pada jiwamu yang telah pupus
Gema
suaramu tak lagi nyaring
Hanya
suara gelisah yang berteriak
Senyummu
adalah pengobat resahmu
Tersenyumlah
niscaya resahmu sirna
Yogyakarta,
07 April 2011
[1] Coretan ini aku terinspirasi
ketika aku melihat para pekerja yang sedang menyelesaikan pembangunan sebuah
rumah. Ditengah siang bolong masih sibuk dengan apa yang mereka kerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar