Kamis, 02 Januari 2014

Berharap pada Waktu



Senyummu mengandung makna
Suara ketukan palumu adalah pemberontak dalam hatimu
Kau berdiri tak kokoh lagi
Gerak tubuhmu lunglai seiring mentari berjalan di ufuk barat
Ayunan tanganmu tak lagi kokoh
Hanya sisa makan siangmu
Tatapan matamu mulai berbinar
Sejalan matahari yang lagi menari
Penganggan tanganmu tak sekuat besi yang kau pegang
Hanya harap yang tersisa
Untuk menghela nafas yang tak lagi sempurna
Setiap gerak yang tersisa
Hanya berharap waktu[1] kapan berlalu

Yogyakarta, 05 April 2011


[1] Coretan ini aku goreskan sama dengan yang diatas. Ini aku buat pertama setelah itu “sayupnya Mentari”. Ini aku goreskan ketika melihat para pekerja yang sudah capek, letih, namun mereka belum istirahat. Hal itu mereka lakukan karna waktu jam istirahat belum datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar