Ayah…
Setengah
abad lalu kau masih seperti diriku
Mengalami
masa yang menyenangkan
Namun
kini rambutmu tampak mulai memutih
Dan
kulitmu tak lagi sekencang dahulu
Tubuhmu
yang kekar nampak terbakar sang surya
Tenagamu
kini tak lagi sekuat dahulu
Demi
anak-anakmu kau relakan tidur tak nyenyak
Demi
anakmu kau rela tidur di gubuk yang kini tak lagi kencang
Demi
perubahan nasib bagi anakmu
Kau
relakan itu semua
Ayah…
Inginku
ucapkan kata sayang dan rindu padamu
Namun
bibir ini seakan terkunci saatku dihadapanmu
Hanya
air mata yang terjatuh, karna tak mampu aku menahan rasa hormatku
Ayah…
Aku
ingin bersamamu kembali
Kembali
tertawa dalam canda
Ayah…
Aku
ingin membuat kau bangga
Aku
tak ingin menyia-nyiakan pergorbananmu
Ayah…
Aku
akan selalu ingat pesan yang pernah kau ucapkan
Aku
akan menjaga amanat yang telah kau titipkan di pundakku[1]
Ayah…
Do’amu
selalu mengiringi langkahku
Do’amu
selalu hadir saat aku susah maupun senang
Terimakasih
ayahku…
Yogyakarta,
02 Mei 2011
[1] Coretan ini aku goreskan untuk
ayahku tercinta. Dimana kerja kerasnya sungguh besar untuk membiayai aku
sekolah dari SD-Kuliah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar