Minggu, 05 Januari 2014

Terimakasih Ayah….



Ayah…
Setengah abad lalu kau masih seperti diriku
Mengalami masa yang menyenangkan
Namun kini rambutmu tampak mulai memutih
Dan kulitmu tak lagi sekencang dahulu
Tubuhmu yang kekar nampak terbakar sang surya
Tenagamu kini tak lagi sekuat dahulu
Demi anak-anakmu kau relakan tidur tak nyenyak
Demi anakmu kau rela tidur di gubuk yang kini tak lagi kencang
Demi perubahan nasib bagi anakmu
Kau relakan itu semua
Ayah…
Inginku ucapkan kata sayang dan rindu padamu
Namun bibir ini seakan terkunci saatku dihadapanmu
Hanya air mata yang terjatuh, karna tak mampu aku menahan rasa hormatku
Ayah…
Aku ingin bersamamu kembali
Kembali tertawa dalam canda
Ayah…
Aku ingin membuat kau bangga
Aku tak ingin menyia-nyiakan pergorbananmu
Ayah…
Aku akan selalu ingat pesan yang pernah kau ucapkan
Aku akan menjaga amanat yang telah kau titipkan di pundakku[1]
Ayah…
Do’amu selalu mengiringi langkahku
Do’amu selalu hadir saat aku susah maupun senang
Terimakasih ayahku…

Yogyakarta, 02 Mei 2011




[1] Coretan ini aku goreskan untuk ayahku tercinta. Dimana kerja kerasnya sungguh besar untuk membiayai aku sekolah dari SD-Kuliah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar