Senin, 22 Juni 2015

Dunia dalam secangkir Kopi

Lama aku tidak berkelana
Kini aku kembali menjelajah malam
Bercengkrama dengan kenikmatan dalam secangkir kopi
Menikmati setiap teguk yang berlalu
Tak terlewatkan setiap teguk dalam kenikmatan
Hangat dalam pelukan secangkir kopi
Kembali tengelam dalam nada seloroh
Melupakan dunia, masuk dalam secangkir kopi
Bernyanyi dalam nada yang sunyi
Meluruskan tujuan dalam kehidupan
Pada secangkir kopi mencoba melupakan diri
Menikmati hilangnya birahi
Menyatu dalam aku yang menyatu pada secangkir Kopi


Yogyakarta, 27 Februari 2015

Untuk Sahabat-sahabatku

Saat bersama kalian aku tak terfikir akan berbisah
Aku terlarut dalam kebersamaan yang kita ciptakan
Senyum, duka, dan tawa mengema di udara
Semua terbalut dalam kebersamaan
Kini aku sadar, kita tak bisa lagi berkelakar
Kini hanya tersisa bayangan kebersamaan

Saat ini aku dan kalian punya kehidupan masing-masing
AKu hanya ingin berucap terimakasih
Atas keceriaan,kebahagian, dan kebersamaan yang bernah ada
Mungkin terlalu naif jika saat ini aku ingin bersama kalian lagi
Aku juga ingin berucap maaf jika mungkin aku lupa pada kalian
Namun tak ada niat dalam benakku untuk melupakan kalian

Aku tak ingin kalian menghilang,karena kalian sahabatku
Dan akupun berharap aku tidak akan menghilang dari kalian
Kalian sahabat yang pernah memberikan warna dalam perjalananku
Kini aku duduk termenung seraya membuka kebersamaan yang pernah ada
Kalian bukan hanya teman, sahabat, atau karib
Kalian adalah saudara-saudaraku

Lewat coretan ini aku hanya ingin mengenah kebersamaan kita
Lewat coretan ini aku ingin mengatakan bahwa aku rindu kebersamaan kita
Coretan ini untuk kalian semua, dari aku yang merindukan kebersamaan kita
Akupun minta maaf mungkin ada yang berfikiran bahwa aku hanya banyak bicara
Ini adalah ungkapan dari hatiku untuk kalian semua

Yogyakarta, 9 Maret 2015

Nada-nada dalam suara

Kata-kata bernada asmara
Masih enggan bermuara
Terbungkam pada rayuan keresahan
Ada pasungan pada kebebasan
Tak mudah untuk merangkai kata
Ada rasa yang dipaksakan
Walau itu menyakitkan dalam dada
Namun tersamarkan oleh tirai senyuman
Sampai kapan senyuman itu direkayasa
Jika hati selalu terluka karna dusta
Ini adalah perjalanan kehidupan
Bersingunggan dengan realita
Retakan-retakan mulai berlari
Menuju perpecahan yang masih tertahan
Jika diri masih mengkebiri hati
Apa hendak dikata aku hanya manusia
Yang tak ingin menjadi sia-sia
Dan tak ingin pula ada yang tersiksa
Walau hati sendiri memberontak
Kini otak makin berteriak
Biarkan nada-nada berjalan pada rel kehidupan
Menanti akhir yang tersenyum

Yogyakarta, 15 Februari 2015